Nujuh Likur adalah tradisi dimalam 27 bulan Ramadan, membakar Runjuk( terbuat dari susunan batok kelapa yang dilobangi dengan satu tiang utama berada ditengah-tengah). Cara membakar runjuk tersebut dengan membakar terlebih dahulu bagian atas dan api akan berangsur-angsur membakar bagian.
Dahulu, bahan bakar yang digunakan untuk menyalakan api
menggunakan buah sawit yang sudah tua atau biasa disebut berondol. Namun dalam
perkembanganya sudah menggunakan bahan bakar minyak, api yang dihasilkan
seperti obor besar akan lebih menarik apabila rujuk yang dibakar berjumlah
banyak.
Asyiknya juga dibarengi dengan
main kembang api dan petasan akan menambah keseruan yang haqiqi. Nyala api
biasanya akan sampai subuh esok harinya tergantung panjang rujuk yang dibuat.
Terkadang didekat rujuk anak-anak juga memainkan meriam bambu sambil bercanda
tawa. Tak terbayang betapa serunya apabila kita berada diposisi ini akan
menjadi ingatan semasa kecil jika sudah dewasa nanti.
Tapi yang harus kita perhatikan
adalah cara membakar Nujuh Likur ini harus didampingi orang dewasa agar resiko atau
hal yang tidak diingankan tidak terjadi. Memang terbilang cukup berbahaya
karena menggunakan api dalam tradisinya jika dilakukan dengan benar dan diawasi
maka akan seru pastinya.
Itulah ragam tradisi dari tanah air kita, khusunya dari Bengkulu Selatan. Jika dijawa banya kegiatan seperti pawai obor dan lain sebagainya bahkan ada yang ngeliwet bersama untuk memeriahkan bulan Ramadan dan puncaknya adalah takbiran yang sangat terkenal dinegara yang kita cintai ini.
Hal ini hendaknya kita pertahankan dan jangan sampai hilang
dengan perkembangan zaman yang sudah modern agar generasi selanjutnya bias merasakan
tradisi ini. Semoga tradisi Nujuh Likur ini tetap eksis sampai kapanpun, Insya
allah..
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara Bijak dan sesuai dengan topik pembahasan...