Tanjungbungo - Tradisi sebuah daerah menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Kota Bengkulu punya satu tradisi yang baru-baru ini dimunculkan kembali yakni Kebek Palak. Kebek palak artinya ikat kepala yang dibuat dari bahan kain bermotif batik basurek warna hitam gold atau hitam merah yang di atasanya berbentuk segitiga dan dibengkokkan ke depan sedikit (menunduk). Dapat digunakan saat acara santai dan buat semua kalangan, mulai dari kaula muda sampai pada para pemuka adat sekalipun.
Semua unsur sepakat bahwa Kebek Palak merupakan tradisi yang lama dan harus
diangkat ke permukaan kembali agar tidak hilang ditelan zaman.
Kalau di Jawa punya Blankon dan di Sunda punya Udeng maka kota Bengkulu
punya Kebek Palak. Perbedaan yang
paling mencolok dengan Udeng adalah atasan yang tidak menutupi kepala.
Kebek Palak bisa dan pantas dipakai oleh siapa saja tidak menentukan status sosial seseorang. Filosofinya, kebek palak adalah simbol melayu karena Bengkulu adalah rumpun melayu. Kebek palak terdiri dari 3 lapis kain yang di atasnya ada segitiga menandakan adat bersendi sarak. sarak bersandi kitabullah. Kenapa harus tundukkan sedikit karena menyimbolkan padi yang semakin berisi semakin merunduk.
Cara melipat dan mengikat kebek
palak pun memilki aturan, terdapat tiga lipatan, pertama menandakan tali tiga
spilin, tungku tiga sejerangan, kedua ada lupis atau segitiga diatas yang
bermakna kembali ke aturan adat.
Alasan mengapa diberi nama kebek,
karena kebek itu adalah mengikat dan
mempererat agar masyarakat Kota
Bengkulu selalu mempererat silaturahmi
dan mengikat erat tali persaudaraan.
Hiasan kepala ini sekarang sudah bervariasi dengan banyak pilihan warna. Dapat pula dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke kota Bengkulu. Kamu bisa mencarinya didaerah oleh-oleh khas Bengkulu di kelurahan Anggut Atas tak jauh dari jantung kota kawasan Simpang Lima Ratu Samban.
Bila biasanya di setiap acara-acara formil atau acara adat di Kota Bengkulu masyarakat mengenakan detar, ke
depan untuk acara-acara yang non
formil masyarakat mengenakan kebek
palak.
Sudah saatnya kita melestarikan kebudayaan atau tradisi dimulai dari diri
sendiri, agar dapat dikenal luas oleh masyarakat umum. Sehingga hiasan kepala
ini masih dapat ditemukan meskipun zaman teknologi sudah tak terbendung lagi.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara Bijak dan sesuai dengan topik pembahasan...